11.04.2011

Saya ini Siapa ya?

Ya, ada yang tau? Siapa sih saya ini sebenarnya? Sampai detik ini pun saya masih bingung siapa saya ini. Seringkali berkecamuk dipikiran saya, seolah ada satu sisi diriku yang lain mengajak diskusi. Kira-kira begini diskusinya :

Saya : "Saya ini siapa?"

Aku : "Kamu itu manusia."

Saya : "Bukan itu yang aku tanyakan, kalau saya nanya saya itu apa? Baru deh cocok sama jawabanmu."

Aku : "Kamu itu Khusnul Imad."

Saya : "Itu nama saya"

Aku : "Hmm.. kamu itu anak dari bapakmu"

Saya : "Itu silsilah saya"

Aku : "Oh aku tahu, kamu itu mahluk ciptaan Tuhan"

Saya : "Saya sudah tau, tapi saya masih belum sreg"

Aku : "Mau gak mau ngaku kamu itu ya mahluk ciptaan Tuhan, walaupun jawabanku belum bisa memuaskan kamu tentang jati diri mu itu"

Saya : "Begitu ya? Lalu apa bedanya saya dengan hewan dan tumbuhan yang notabene juga mahluk ciptaan Tuhan?"

Aku : "Kamu itu mbok yo mikir, kamu dikasih otak, akal sehat dan kesadaran aja udah bagus"

Saya : "Lha kok gitu?"

Aku : "Iya dong, hewan aja punya otak dibarengi naluri, tapi gak punya logika. Lha kamu itu udah dikasih otak, akal sehat, sehingga bisa berlogika dan berimajinasi ria"

Saya : "Jadi manusia harus pakai akal sehatnya ya?"

Aku : "Ya itu tadi, kalau akal sehatnya jalan pasti dia mau berpikir. Berpikir baik-buruk, benar-salah, hitam-putih dan selalu mempunyai pilihan. Eman-eman kalau apa yang udah dikasih ma Gusti Allah tapi gak disumberdayakan, bisa-bisa digolongkan orang yang merugi dan menganiaya diri"

Saya : "Jadi bagaimana dengan orang yang memilih untuk tidak mau berpikir dan memilih dalam hidupnya? maunya cuma nrimo gitu saja."

Aku : "Nah ini nih yang seringkali kamu temui di dunia ini, banyak yang terdogma dengan istilah biarlah mengalir seperti air, dalam artian benar-benar mengalir dan selalu tak ada proses pemikiran disitu. Sebenarnya ini yang paling berbahaya."

Saya : "Bukankah itu terdengar sangat 'spiritual' sekali?"

Aku : "Kedengerannya sih iya, tapi kalau mau jujur dengan diri sendiri hal tersebut muncul karena ketidak sanggupan diri menghadapi realita, biasanya karena truma."

Saya : "Semacam menjadi ikhlas terhadap kehidupan gitu ya?"

Aku : "Itu bukan ikhlas, ikhlas itu di depan. Kalau tidak punya apa-apa dan rela itu baru namanya ikhlas. Kalau sudah berlalu / kehilangan itu namanya kalah, kerennya pasrah."

Saya : "Jadi begitu ya? berarti selama ini saya tertipu dong dengan istilah ikhlas itu tadi."

Aku : "Ya, karena kamu gak mau jujur dengan dirimu sendiri."

Saya : "Saya ini aneh ya, jujur dengan orang lain gampang sekali, tapi jujur dengan diri sendiri sulitnya minta ampun."

Aku : "Memang sih sulit, tapi mampu kan?"

Saya : "Mampu! ada teknik khusus gak buat jujur dengan diri sendiri?"

Aku : "Gampang kok, ya tinggal kenalin dirimu se-objektif mungkin, Gak usah pake acara Jaim dan gengsi, orang jaim dan gengsi itu minder loh aslinya."

Saya : "Kok Bisa?"

Aku : "ya istilahnya mereka itu menutupi diri mereka, berharap orang lain melihat dirinya bagus."

Saya : "Termasuk pemimpin yang pencitraannya berlebihan?"

Aku : "Ya, jelas sekali itu."

Saya : "Terus menurutmu bagaimana tentang konsep Tuhan sudah menentukan takdir manusia?"

Aku : "Takdir memang sudah ditentukan, tapi nasib kan manusia itu sendiri yang menentukan. Makanya manusia diberi akal untuk menentukan nasibnya sendiri dengan berfikir dan memilih dalam hidupnya. Kalau akal ndak digunakan ya sama saja menganiaya diri sendiri, terombang ambing bingung sama dirinya sendiri. Ya kayak kamu sekarang ini."

Saya : "Terus menurutmu saya harus bagaimana?"

Aku : "Ya hargai dirimu sendiri, cintai, jujur dengan keadaan diri. Kalau ada suatu kejadian yang merugikan diri didalam kuasamu atau sebenarnya kamu bisa mencegahnya, ya itu karena nasib yang kamu pilih sendiri. Percayalah, Gusti Allah itu pasti sudah memilihkan jalan hidup yang terbaik, tinggal kamu sendiri apakah dalam jalan hidupmu itu kamu memilih kejadian yang baik untukmu ataupun yang buruk. Bahkan kamu pun bisa memilih untuk tidak memilih. Ya terserah kamu! Pokoknya hidup itu pilihan."

Saya : "Jadi begitu ya? Baiklah, sepertinya untuk saat ini saya berhenti dulu untuk mencari tau siapa saya. Siapapun saya, saya akan menjadi diri saya yang terbaik. Bukan begitu?"

aku hanya tersenyum, lalu menghilang. Sekarang hanya ada saya yang masih kebingungan mencari jawaban.

Tidak ada komentar:

Welcome